20 Oktober 2009

Meta Program

oleh: Eliyati Bahri, Trainer & Motivator, http://eliyati.wordpress.com

Pernahkah kita dalam suatu kesempatan menceritakan kisah motivasional, pada sebuah acara training atau ceramah: Yang satu akan terpukau sementara yang lain merasa bosan setengah mati. Atau kita menyampaikan lelucon, yang satu tertawa terbahak-bahak sementara yang lain tidak bergeming sedikitpun. Mengapa orang bereaksi demikian berbeda terhadap pesan yang sama?

Dari sini kita tahu ternyata setiap orang mendengarkan dengan bahasa mental yang berbeda. Yang satu melihat gelasnya separuh ‘kosong’ sementara yang lain melihat gelasnya separuh ‘penuh’. Kalau kita berbicara kepada seseorang dengan ‘kunci’ yang tepat, kita bisa melakukan apapun. Kalau kita menggunakan kunci yang keliru kita tidak bisa melakukan apapun.

Dari sini kita memahami anjuran Al Qur’an agar kita berbicara kepada seseorang dengan ‘Kalimatun Sawa’ atau itulah mengapa setiap Rosul diutus dengan menggunakan ‘bahasa kaumnya’. Kalau kita ingin menjadi ahli yang meyakinkan, komunikator yang handal, baik dalam kehidupan pribadi maupun bisnis, kita harus tahu bagaimana caranya menemukan kunci yang tepat. Jalannya adalah lewat META PROGRAM.

Meta program adalah kunci cara seseorang memproses informasi. Meta program adalah program- program internal yang kita gunakan dalam memperhatikan atau memutuskan apa. Apakah informasi yang kita terima akan kita distorsikan, kita hapuskan atau kita generalisakan karena pikiran sadar kita tidak bisa memperhatikan sekian banyak informasi sekaligus.

Inilah Meta Program tersebut:

1. Kecenderungan Mendekati atau Menjauhi.

Semua perilaku manusia berkisar di seputar desakan untuk mendapatkan kesenangan dan menghindari kepedihan. Ada orang yang cenderung enerjik, pengambil resiko yang sangat ingin tahu, mungkin merasa leluasa, tertantang, adrenalinnya meningkat ketika mendekati sesuatu yang membangkitkan semangat mereka. Sebaliknya, ada orang yang cenderung hati-hati, curigaan, melindungi diri, ia memandang dunia ini sebagai tempat yang penuh resiko dan ancaman, ia cenderung mengambil tindakan menjauhi hal-hal yang berbahaya.

Coba tanyakan, apakah yang diinginkan dalam suatu relationship-atau rumah, atau kendaraan, pekerjaan atau hal yang lainnya. Perhatikan jawabannya: Apakah menjelaskan yang mereka inginkan atau justeru yang tidak mereka inginkan. Apakah arti informasi ini? Segalanya. Kalau anda seorang pengusaha yang menjual sebuah produk, anda bisa mempromosikannya dengan dua cara, dengan apa yang bisa dilakukan oleh produk tersebut dan apa yang tidak dilakukan oleh produk tersebut. Misalnya mobil, anda bisa menekankan bahwa kecepatannya tinggi, interiornya bagus, bentuknya menarik dan seksi, atau anda bisa menekankan: bahan bakarnya irit, biaya perawatannya murah atau sangat- sangat safety dalam kecelakan.

Strategi yang digunakan tergantung sepenuhnya pada strategi orang dengan siapa anda berurusan. Demikian pula halnya dalam urusan pribadi. Misal dalam memotivasi anak agar tekun belajar, kita bisa katakan padanya: “Ayo nak yang rajin belajar! Kalau tidak nanti kamu nggak bisa masuk perguruan tinggi yang baik!” Atau kita katakan, ” Lihat tuh si A, enggak mau belajar makanya dikeluarkan dari sekolah, seumur hidup paling cuma bisa. Jadi petugas pompa bensin!”. Seberapa efektifkah strategi tersebut? Ya tergantung kepada anaknya, apakah ia kecenderungannya mendekat atau menjauh?

2. Berhubungan dengan kerangka acuan Eksternal dan Internal.

Coba tanyakan kepada seseorang, “Bagaimana ia tahu kalau kerjanya bagus?” Bagi sementara orang, buktinya dari luar: Bosnya menepuk punggungnya dan mengatakan hasil kerjanya bagus. Bonusnya dinaikkan atau dapat penghargaan sebagai karyawan teladan dsb. Bagi yang lain buktinya berasal dari dalam, “Pokoknya saya tahu hasil kerja saya bagus”. Katakanlah misalnya seorang arsitek, walaupun bisa merancang gedung dan memenangkan berbagai macam penghargaan arsitektur, kalau ia tidak merasakannya sebagai hal yang istimewa, dukungan dari luar sebesar apapun tidak akan meyakinkannya demikian.

3. Melibatkan Penyortiran Demi Diri Sendiri atau Orang Lain.

Ada orang yang memandang interaksi manusia itu terutama dari sudut, “Apa untungnya buat saya”. Ada juga yang dari sudut apa yang bisa diperbuat bagi diri sendiri maupun sesama. Tentu orang tidaklah selalu jatuh pada ekstrem yang satu atau yang lain. Hal ini lebih kepada kecenderungan seseorang. Dalam proses perekrutan pagawai misalnya, tidakkah kita ingin tahu dimana posisi sang calon dalam hal ini? Bagaimana bisa mencocokkan jabatan dengan orang yang tepat dalam hal keterampilan yang dibutuhkan, kemampuan belajar dan strategi intertnalnya. Kalau untuk auditor mungkin sebaiknya merekrut orang yg menyortir demi diri sendiri, tapi tentu saja enggak cocok untuk customer servis atau frontliner, misalnya. Enggak juga untuk pekerja sosial, Dokter dll.

4. Melibatkan kecenderungan mencocokkan dan tidak mencocokkan.

Ada orang yang menanggapi dunia dengan menemukan kesamaan. Mereka melihat segalanya, dan mereka melihat kesamaannya. Ini termasuk yang cenderung mencocokkan. Ada juga orang yang cenderung melihat segala sesuatunya dari segi perbedaannya. Untuk mengetahuinya cobalah tanyakan hubungan antara berbagai objek atau situasi, lalu perhatikan apakah fokus pada kesamaannya atau perbedaannya.

5. Melibatkan apa yang dibutuhkan untuk meyakinkan seseorang akan sesuatu.

Untuk mengetahuinya kita harus terlebih dahulu menemukan landasan sensorik apa yang dibutuhkan untuk menjadi yakin, lalu harus menemukan juga seberapa sering ia harus menerima stimuli tersebut untuk mejadi yakin. Untuk menemukan metaprogram seseorang dalam hal ini cobalah tanyakan, “Bagaimana anda tahu kalau seseorang itu pandai dalam pekerjaannya? Apakah anda harus:

* Melihatnya dan mengamati pekerjaannya?
* Mendengar tentang seberapa baik pekerjaannya?
* Mengerjakan bersamanya?
* Membaca tentang kemampuannya? Jawabanya bisa saja kombinasi dari
beberapa hal di atas.

Pertanyaan berikutnya, seberapa seringkah seseorang harus mendemonstrasikan bahwa ia baik sebelum anda yakin? Ada 4 jawaban yang mungkin:

* Langsung (sekali saja sudah yakin)
* Beberapa kali (2 atau lebih)
* Setelah beberapa lama (beberapa minggu, bulan atau tahun)
* Secara konsisten (artinya setiap kali ia harus baik
mendemonstrasikannya)

6. Kemungkinan Versus Keperluan.

Tanyakanlah pada seseorang, mengapa ia bekerja di perusahaannya yang sekarang, mengapa ia membeli rumahnya yang sekarang, dll. Ada orang yang termotivasi karena keperluan, mereka melakukan sesuatui karena harus. Bukan karena suka. Mereka bukan mencari berbagai pengalaman. Mereka jalani kehidupan mereka dengan menggunakan apa yang ada.

Ada juga yang termotivasi untuk mencari berbagai kemungkinan. Mereka lebih termotivasi ole apa yang INGIN mereka kerjakan daripada yang HARUS mereka kerjakan. Mereka mencari pilihan-pilihan, pengalaman-pengalaman, jalan-jalan. Seandainya anda seorang pemberi kerja, tipe orang yang seperti apa yang akan anda rekrut?

7. Gaya Kerja Seseorang.

Semua orang mempunyai strateginya sendiri dalam bekerja. Ada orang yang tidak senang kecuali dirinya mandiri, kesulitan bekerja dekat-dekat dengan sesamanya dan tidak bisa bekerja dibawah pengawasan yang ketat. Ada juga seseorang yang berfungsi paling baik sebagai bagian dari kelompok, ia menyukai kerja team, ini yang disebut kooperatif.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Prima Insan Cita. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.